Kamu tahu, ini judul saya maling dari Melbi. Kata orang hidup
hanya selewat. Numpang nyeruput secangkir fana, setelah itu dihukum neraka atau
dihadiahi surga atas bagaimana cara kamu menikmati isi cangkirmu. Kemudian menjadi
abadi, bukan belaka. Ah, kau sih enak! Diantara selewatnya kau boleh menghirup udara
untuk berlama-lama menikmati isi cangkirmu tanpa ongkos. Sesukamu, tanpa perlu
mengenal istilah ‘jauh dekat dua ribu’ atau apalah. Filantropis bukan main, kan?
Hari ini
adalah tiga bulan delapan yang kau lalui ke dua puluh empat kalinya untuk dua
puluh tigamu. Persetan kau mau menganggap ini hari biasa atau mau menyakralkannya,
sini tak ucapi selamat ulang tahun! Semoga
hirupan-cuma-cumamu selama ini, esok, lusa hingga lusanya lagi—selama masih
dibolehkan menghirup—kau bisa berguna bagi dirimu juga apapun disekelilingmu
atau mungkin berguna buat orang asing diluar sana sehingga kau layak mendapat ‘semoga
panjang umur’ dari mereka.
Hari ini
adalah tiga bulan delapan yang kau lalui ke dua puluh empat kalinya untuk dua
puluh tigamu. Pergilah ke kamar! Setel musikmu, volumenya tak perlu gaspol
untuk menemukan refleksi dirimu. Jangan terburu mereparasi jika belum mampu. Alon-alon waton kelakon, yang ini kata
leluhur kita. Kenali dirimu dulu sudah lebih dari cukup, kan ya?
Siapkan obrolan
menarik, saya segera pulang. Tangan sudah tak sabar untuk ‘menganiaya’, mulut
sudah tak sabar untuk ‘mengolok’. Beranda dan sore hari juga sudah tak sabar
untuk menemani berbagi definisi atas dikotomi ‘benar dan salah’ dengan jenaka.
Sudah ah,
tiga akan segera menjelang empat. Terpenting : Hajar skripsimu! Konon kau percaya
itu harga yang harus lunas terbayar untuk sepasang sayap ikarusmu. Niscaya.