Tuesday, March 18, 2014

Piknik ke Eden

Untuk sahabat yang sedang dalam pelukan perempuannya.

Memang sudah seharusnya seperti itu. Dalam setiap penciptaan akan diciptakan pula penciptaan lain sebagai sebuah penegasan atas penciptaan tersebut. Semua melaksanakan tugas masing masing. Sebagai komplemen. Sebagai oponen. Sebagai penyelamat. Sebagai ‘yang jahat’. Dan sebagai sebagai yang lainnya. Entah yang beriringan ataupun yang saling berkontra melawan.

Bisa jadi kamu telah menemukan penegasan atas penciptaanmu. Konon dia diciptaken dari tulang rusuk bengkok yang melindungi kolbumu saat kamu tidur. Lalu kamu bilang padanya: ‘Kamu adalah tulang rusukku, duhai kekasihku!’ Alamak, kalimat ultra puitik yang menjadi gombal yang maksi ketika kausampaikan pada dia dengan mimik muka tak jelasmu. Ah apapun namanya semoga keutuhanmu tercermin dalam dirinya. Toh telah dijanjikanNya untukmu pasangan hidup agar kamu merasa tentram kerta raharja tanpa perkara ketika kamu merebah disela keteknya saat kamu penat dan lelah. Vica versa, semoga dia juga merasakan hal yang sama.

(30:21)



Maka bersoraksorai lah, lhawong akad sudah diikrarkan kok. ‘Alhamdulillah halalan thoyiban’ kata Aryak. Hahaha. Maka sekarang, kamu adalah dia. Dia adalah kamu.

buka saja lebar lebar jika sedang kegirangan

Selamat, ndanku!
Aku bocahmu.
Kamu juaranya.

Bertahun tahun sudah banyak hal yang kita lewati dan pelajari sama sama kan? Sudah sering kita berbagi keresahan. Karena jika kamu tak mampu menanggung itu sendiri, banyak kawanmu yang bisa kau ajak nggendong sama sama. Berat sama dipikul dan ditertawakan, ringan sama dijinjing dan dibikin banyolan. Kenapa harus sedih jika semua hal bisa dibikin tertawaan. Hahaha. Tapi untuk setelah ini lain, sekaraang kamu punya dua kepala dan dua nalar untuk melawan setiap apapun keresahan yang ada di depan mukamu. Bisa jadi akan lebih mudah, bisa saja sebaliknya. Kan setiap kepala punya ego masing masing to? Yang jelas, seperti saat kita melewati semua hal dengan kelakar, kau juga harus memastikan orang disampingmu itu selalu mrenges.

Coba bayangkan ini. Kamu sedang memantau laptopmu dan forex kesayangamu di beranda lalu menyeletuk gojekan ringan buat dia yang sedang asik nyirami sayur yang kalian tanam sendiri. Dan kamu disemprot air karena sedikit menyinggung. Haha, pasti bakal banyak cekikak cekikik. Kemudian pada akhirnya menyisakan daku yang duhai sangat terharu sehingga kepengen segera nyusul. Hoammm.

Karena kamu yang duluan, kamu harus kasih cerita pengalamanmu ke kawan kawanmu kelak ketika kami nyusul satu per satu. Sama juga esok ketika kamu menceritai anak anakmu kisah kisah tentang kepahlawanan. Tentang pahala dan dosa. Tentang karma. Tentang kesederhanaan. Tentang mahabarata. Tentang benar dan salah sampai pada waktunya mereka bisa menggali sendiri nilai nilai untuk diri mereka sendiri. Sesekali ceritakan pula pengalamanmu juga ketika kamu berusaha mengakrabi ibu kota. Saat tidur sekenanya di monas di prj di ancol atau saat menyusup pintu pintu gigs tanpa tiket. Atau cerita apa saja karena setiap mimpi lahir dari kisah kisah menarik.

Ah sudahlah, maaf terlalu banyak nulis. Tak perlu kau baca jika tak sempat. Sini paham kamu sedang sibuk dengan hobi barumu, mana berani ganggu. Sekarang kau adalah nahkoda, kamu adalah si pengambil keputusan. Jadi yang bisa berkokok, jangan bingungan. Aku mau belajar itu dulu baru nyusul.

Berbahagailah kamu. Sambutlah sambut sebuah kabar gembira. Takdir sudah turun gunung dan sudah dalam jangkauan pelukanmu. Peluk saja erat erat jangan dilepaskan. Selamat berbahagia, semoga punya anak banyak, anak banyak yang bisa berguna karena banyak hal harus diperbaiki. Jangan lupa sesekali ajak kawanmu jalan jalan. Tabik!