Saturday, April 28, 2012

Sikap!

Deru amarah akhirnya meluap. Ulah Dursasana kali ini tak termaafkan lagi. Sang Bratasena terbakar. Dursasana seharusnya tahu bahwa dirinya telah melakukan sebuah kesalahan besar. Dia telah melempari molotov kedalam diri Bratasena. Fatal.
"Camkan, Aku tak akan mati sebelum kusayat-sayat dadamu dan kutenggak setiap darahmu, Dursasana!" Di tengah ruangan itu akhirnya Bratasena memekik sumpah. 
Populasi suara yang sedari tadi begitu padat sekejap melenyap. Juga hening yang kedatangannya melenyapkan ramai pun tak betah hadir lama-lama. Guruh dan petir akhirnya menyambar-nyambar, semua yang hadir di tempat itu menduga bahwa sumpah Bratasena telah diamini oleh Dewa-dewa di Suralaya.
Tak berhenti, istri Puntadewa, Dewi Drupadi yang diseolah-olahkan mainan oleh Dursasana pun mengikrarkan sumpahnya.
"Aku tak akan bergelung sebelum berkeramas menggunakan darahmu, Dursasana!"
Dursasana bergedig.

Friday, April 20, 2012

sebuah laman yang menjuluki diri sebagai malaikat yang terbuat dari kertas


konon mereka tercipta dari nur
dan kau hanyalah ejawantah dari tulang rusuk satu manusia

konon mereka pun bersayap
dan kau tahu sayapmu adalah pena, 

maka terbanglah
bukankah menarik mengarungi awan-awan imaji itu 
ada jalan untuk menggayuki ranting mimpimu
hingga ke pelupuk

bila lelah, jangan enggan singgah dibumi kembali
disini, di tempatku belajar menapak kokoh
tanpa terpapah kiri dan kanan

lalu kemana lagi akan kau kepak sayapmu?
dengarlah dulu saat-saat jemarimu mulai menari
ada sayup genderang menghujam dari rentetan alfabetmu
berirama, membentuk ode bagi apapun yang bisa mendengarnya

sesering ini aku menunggu suara itu.
mengintip angkasa aksaramu
menunggu ceritamu
tentang yang kau lihat dari atas sana

berlipat-lipat babak
episode tak terhitung
terjuntai mengisah
menawarkan emosi 
lalu

menjalar, hingga 
mengadiksi.