Deru amarah akhirnya meluap. Ulah Dursasana kali ini tak termaafkan lagi. Sang Bratasena terbakar. Dursasana seharusnya tahu bahwa dirinya telah melakukan sebuah kesalahan besar. Dia telah melempari molotov kedalam diri Bratasena. Fatal.
"Camkan, Aku tak akan mati sebelum kusayat-sayat dadamu dan kutenggak setiap darahmu, Dursasana!" Di tengah ruangan itu akhirnya Bratasena memekik sumpah.
Populasi suara yang sedari tadi begitu padat sekejap melenyap. Juga hening yang kedatangannya melenyapkan ramai pun tak betah hadir lama-lama. Guruh dan petir akhirnya menyambar-nyambar, semua yang hadir di tempat itu menduga bahwa sumpah Bratasena telah diamini oleh Dewa-dewa di Suralaya.
Tak berhenti, istri Puntadewa, Dewi Drupadi yang diseolah-olahkan mainan oleh Dursasana pun mengikrarkan sumpahnya.
"Aku tak akan bergelung sebelum berkeramas menggunakan darahmu, Dursasana!"
Dursasana bergedig.
0 comments:
Post a Comment