Tuesday, January 17, 2012

Gejala Merantau


Begitu lama aku dan kalian terpisah oleh jarak. Tak main-main, ribuan kilo.
Jauh disana, bagaimana kabar kalian, kawan?
Mungkin begitu banyak cerita yang telah tercipta, meski tanpa aku menaruh peran.
Mungkin pula begitu banyak momen telah mengisi memori, meski hanya seklumit aku menyaksi.
Aku tahu, semua ini hanya karena jarak. Aku disini dan kalian disana.
Asli, malam ini aku ingin menghabisi malam dengan kalian. Seperti malam-malam yang lalu.
Ketika aku dan kalian, ya, kita ‘harus’ menunaikan rutinitas periodik tak beratur.
Duduk bersama, ngalor-ngidul ngomong-kosong, berwacana, ngolok-olok, diskusi dan berujung tertawa dan tertawa.
Men’tai-kucing’kan waktu yang memang belum kita anggap begitu penting.
Ketika kita berbincang tentang perempuan idaman atau sesekali berbicara tentang rumus matematika yang tak pernah begitu menarik.
Ah, semua pernah kita bicarakan, kan?
Dari seorang Marsinah hingga Gandhi.
Carera hingga Ozawa.
Corel hingga screen dan rakel.
Stiker hingga emblem yang kita bagi-bagikan.
Toko pakaian setengah pakai hingga terpaksa ke gerai-gerai mall.
Vicious hingga ‘dewa’ punk diperempatan sebelah SMA kita.
Berceloteh hingga ber’sabda’ tentang idealisme.

Kapan kita touring lagi? Seperti saat ke Kopeng dulu yang bahkan kita belum tau ada wisata apa disana. Atau saat kita menjajal keramaian tahun baru disebuah pantai di Gunung Kidul yang ternyata  tak lebih dari lima puluh batok jidat disana. 

Aku ingat salah satu dari kita pernah berkata bahwa dalam teman dan pertemanan itu berlaku hukum seleksi alam, aku tak mau hilang dari kalian. Sekedar dari monitor 14 inci ini aku mengikuti evolusi-evolusi kalian. Hingga pada momen saat kita bertemu nanti aku tak begitu congak melihat kalian setelah kenyang dengan ilmu-ilmu baru yang kalian pelajari dari manusia-manusia dan kejadian-kejadian baru disekitar kalian.
Kita telah menyepakati bahwa beberapa hal memang harus berubah, namun untuk  beberapa hal pula berkali lipat baiknya bila tetap bertahan sama, seperti pertemanan ini.

Kawan,  demi segudang momen dimana kita menghisap sebatang canda dan menyeduh secangkir tawa bersama. Adakah remah pada secuil rindu yang kalian sisakan untukku? Aku tak sabar untuk berkumpul dan bergumul menanti pagi bersama kalian lagi. Mari! 

4 comments:

puntodewo said... Balas

ngejleb jleb. KSBB !
Rasane pengen muter waktu. tapi sayange waktu mlaku terus ninggalke kenangan.

Herlambang said... Balas

hahaha ayo melu mlaku waktu, rasah dibaleni, gawe kenangan-kenangan anyar wae.

puntodewo said... Balas

hahaha, jos jos jos. Setuju !
asolole icik icik ahem pokoke

Herlambang said... Balas

yoiyolah, karena aku bukanlah bang toib yang tak pulang-pulang yang tak tau kapan blablabla.